Laila adalah cahaya fajar; Majnun adalah sebatang lilin yang meleleh perlahan di hadapannya karena hasrat. Laila dalam segala keindahannya adalah taman mawar; Majnun mercusuar kerinduan. Laila menebarkan benih cinta; Majnun menyiraminya denga air matanya. Laila adalah ruh keindahan dar dunia gaib; Majnun adalah obor membara yang menerangi jalannya dari dunia gaib menuju dunia manusia. Laila adalah melati yang mekar di musim semi; Majnun adalah sebidang tanah di musim gugur, di mana tidak ada satu pun melati yang dapat tumbuh . Laila dapat memikat dunia dengan sekilas tatapan matanya; Majnun adalah budaknya, seorang darwis yang berputar-putar dihadapannya. Laila memegang cawan yang menampung anggur cinta; Majnun berdiri mabuk oleh aromanya.
Sudah lebih dari 3 bulan yang lalu aku menyelesaikan buku-novel yang menceritakan kisah asli laila-majnun. Kisah ini menceritakan semurni-murninya cinta kekasih. Syekh Nizami, pengarang dari cerita ini bisa membawa pembaca ke dalam kegilaan yang begitu mendalam akan kedua sepasang kekasih.
Sastra klasik ini secara tersirat merupakan cerminan dari kisah cinta Sufi terhadap Gusti Allah, Cinta dimana hanya Dia yang kita yang dituju. Segala bentuk kesusahan sebenarnya merupakan perwujudan cinta yang menjelma.
Sastra klasik ini secara tersirat merupakan cerminan dari kisah cinta Sufi terhadap Gusti Allah, Cinta dimana hanya Dia yang kita yang dituju. Segala bentuk kesusahan sebenarnya merupakan perwujudan cinta yang menjelma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar