Sabtu, 17 Mei 2014

DALAM DOAKU

Dalam doa subuhku ini kau menjelma langit yang semalaman
    tak memejamkan mata, yang meluas bening siap
    menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena
    akan menerima suara-suara

Ketika matahari mengambang tenang diatas kepala, dalam
    doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau
    senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan
    muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana

Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang
   mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di
   ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang
   tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu

Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat
    perlahan dari nun disana, berjingkat dijalan kecil itu,
    menyusup di celah-celah jendela dan pintu, dan menyentuh-
    menyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-
    bulu mataku

Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan
    sabar bersitahan dengan rasa sakit yang entah
    batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang
    tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku

Aku mencintaimu, itu sebabnya aku takkan pernah selesai
    mendoakan keselamatanmu


Dari buku Hujan Bulan Juni,
sepilihan sajak Sapardi Djoko Damono
(1989)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar