Jumat, 29 Januari 2016

Kritik Segar mas Eko Nugroho

Saya sangat suka mengunjungi karya seni, gallery, atau pun yang berbau itu. Bukan, saya bukan seniman. Saya sangat menghargai karya seni seseorang. Entah mengapa saya melihat seniman memiliki kebebasan. Bebas mengapresiasi apa yang ada dipikirannya. Bukankah kita hidup untuk sebuah kebebasan? Kebebasan memilih apa yang kita suka, bebas menentukan arah hidup kita kedepan.
Melihat karya mas Eko, saya mendapatkan kebebasan itu. Karya seni kontemporernya ini memberikan kritik sosial yang cerdas. Ya saya sebut ini cerdas. Bagaimana tidak, jika diselami lebih dalam ada makna yang jelas tentang arti masing-masing dari karya seni ini. 

Pameran masih dibuka hingga 21 Februari 2016 di Komunitas Salihara. Silahkan jika ingin berkunjung.

Senin, 25 Januari 2016

Review Book (1) "Midah, Si Manis Bergigi Emas"

25 books to read in 2016.

Done reading, 1 book.


 "Ah, saudara, manusia ini kenal satu sama lain tapi tidak dengan dirinya sendiri..memang tidak ada hasilnya untuk kemakmuran kita hendak mengenal diri, karena dia takkan menghasilkan kekayaan"

Ini merupakan novel mas pram yang paling ringan. Ditulis pada warsa 50-an dengan setting tempat Djakarta. Menjadikan perempuan sebagai tokoh utamanya, Midah. Pendek sekali namanya. Hanya Midah. Kulitnya kuning. Wajahnya agak bulat. Manis senyumnya, lentik suaranya dan kuat hatinya. 
Midah dilahirkan dlm keluarga yang to'at beragama. Hadji Abdul nama bapaknya. Fanatik terhadap musik-musik berbau arab. Umi Khalsum -bukan Inul- penyanyi favoritnya. Sampailah suatu ketika ayahnya ingin menikahkan Midah dengan laki2 pilihan ayahnya. Setelah 3 bulan perkawinan, Midah lari dari lakinya, dengan membawa beban hamil karena tahu suaminya telah mempunyai banyak bini. Ia terseret ditengah rimba jalanan kota Djakarta tahun 50-an.

Novel ini memperlihatkan ketegangan antara jiwa seorang humanis dan moralis. Di satu sisi Pram ingin menegaskan kekuatan seorang perempuan berjiwa dan berpribadi kuat melawan ganasnya hidup. Tapi disisi lain ingin memperlihatkan kebusukan kaum moralis-yang hanya rajin zikir tapi miskin cita rasa kemanusiaan dan juga serakah.

Judul : Midah, Si Manis Bergigi Emas
Penulis : Pramoedya A. Toer